Amaliyah yang bersifat spiritual ini harus
diamalkan oleh siapa saja yang telah menyatakan diri melallui “talqin” sebagai
murid dan ikhwan bagi Guru Mursyid dalam komunitas tarekat termaksud.
1. Zikir
Zikir, secara lugawi artinya ingat, mengingat
atau eling dalam bahasa sunda. Yang dimaksud dalam TQN adalah zikir bimakna
khas. Zikir bimakna khas adalah “hudurul Qalbi ma’allah” (hadirnya
hati kita bersama Allah). Zikir dalam arti khusus ini terbagi dua 1) zikir jahr
dan 2) zikir khafi.
Baik zikir jahr maupun zikir khafi mempunyai
landasan yang kuat dari al-Qur’an dan tradisi Rasulullah saw.
Dalil-dalil zikir dalam al-Qur’an
“Orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring” (QS. 3 : 191)
“Maka berzikirlah kepada-Ku, pasti
aku akan mengingat-mu,…” (QS. 2 : 152).
Dalil-dalil dzikir dalam Hadis Rasulullah saw.
“Perbaharuilah iman kamu sekalian !.
para sahabat bertanya : Bagaimana cara kami memperkuat dan memperbaharui iman
itu ya Rasulullah ? Rasul bersabda ialah dengan memperbanyak ucapan laailaaha
illalaah”.
1) Hendaklah orang yang berdzikir mempunyai wudu
yang sempurna.
2) Hendaklah orang yang berzikir melakukannya
dengan gerakan yang kuat.
3) Berdzikir dengan suara keras sehingga
dihasilkan cahaya zikr di dalam abtin orang-orang yang berzikir dan menjadi
hiduplah hati-hati mereka.
2. Khataman
Kata khataman berasala dri kata “khatama
yakhtumu khataman”artinya selesai/ menyelesaikan. Maksud khataman dalam TQN
adalah menyelesaikan atau menamatkan pembacaan aurad (wirid-wirid) yang menjadi
ajaran TQN pada waktu-waktu tertentu.
3. Manakib (Manaqib)
Kata manakib merupakan kata jama dari manqabah
mendapat akhiran an. Manqabah sendiri artinya babakan sejarah hidup seseorang.
Jama dari manqobah adalah manaqib. Dalam tradisi
bahasa sunda kata manaqib ditambah dengan an sehingga bacaannya menjadi
manaqiban yang mengandung arti proses pembacaan penggalan hidup seseorang
secara spiritual. Manaqib dalam TQN adalah manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
sebagai pendiri tariqat Qadiriyyah.
Manaqiban dalam TQN merupakan amalan syahriyyah
artinya amalan yang harus dilakukan minimal satu bulan satu kali. Biasanya
materi manaqiban terbagi pada dua bagian penting. Pertama, materi (kontens)
tentang hidmah ‘amaliyah. Hidmah amaliyah ini adalah inti manaqiban itu
sendiri. Substansi ajarannya ialah meliputi :
1. Pembacaan ayat suci al-Qur’an
2. Pembacaan Tanbih
3. Pembacaan Tawassul
4. Pembacaan manqabah Syaikh ‘Abdul Qadir
al-Jilani
5. Do’a
6. Tutup
Kedua hidmah ‘Ilmiyyah. Maksud hidmah ilmiyyah
adalah pembahasan tasawuf secara keilmuan dan pembahasan aspek-aspek ajaran
Islam keseluruhan.
Tujuan Manaqiban
1) Mencintai dan menghormati zurriyyah
(keturunan) Rasulullah saw.
2) Mencintai para ulama, salihin dan para wali.
3) Mencari berkah dan syafa’at dari Syaikh Abdul
Qadir al-Jilani.
4) Bertawassul dengan tuan Syaikh Abdul Qadir
al-Jilani karena Allah semata.
5) Melaksanakan nazar karena Allah semata, bukan
karena maksiat.
4. Riyadoh
Riyadoh secara etimologis artinya latihan. Dalam
term tasawuf yang dimaksud riyadoh adalah latihan rohani dengan cara tertentu
yang lazim dilakukan dalam dunia tasawuf. Dalam tradisi TQN, riyadoh yang
paling utama adalah dzikirullah.
5. Ziarah
Ziarah menurut bahasa berasal dari akar kata
zaara – yazuuru, ziyaaratan artinya berkunjung atau mengunjungi. Menurut
istilah ziarah adalah mengunjungi tempat-tempat suci, atau berkunjung ke kepada
orang-orang salih, para nabi, para wali, baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal dengan niat karena Allah.
Tujuan Ziarah, antara lain :
1) Mengingatkan kita akan kematian.
2) Mengambil pelajaran (‘ibrah) dari kehidupan
manusia-manusia salih (salihin).
3) Mendo’akan kepada arwah mukminin yang sudah
meninggal mendahului kita.
4) Attabarruk.
6. Khalwat
Khalwat artinya mengasingkan diri dari keramaian
dunia ke suatu tempat dengan tujuan agar konsentrasi beribadah kepada Allah
semata. Khalwat bagi salik mubtadi (pengamal tarekat baru) harus dibawah
bimbingan Guru Mursyid. Lama masa khalwat tergantung pada bimbingan guru bisa
jadi sepuluh hari, dua puluh hari hingga empat puluhhari. Paling sedikit tiga
hari.
Dalam kitab Tanwir al-Qulub, Syaikh
Amin Kurdi menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang salik
yang akan berkhalwat yaitu:
1) Niat dengan ikhlas
2) Meminta izin kepada mursyidnya sekaligus
memohon do’anya.
3) Didahului dengan ‘uzlah, tidak tidur malam,
berpuasa dan terus berdzikir.
4) Masuk tempat khlawat mendahulukan kaki kanan
dengan membaca ta’awwuz, basmalah dan membaca surat an-Nas tiga kali.
5) Dawam al-Wudlu.
6) Jangan bertujuan ingin mendapat karamat.
7) Tidak menyandar badan ke dinding.
8) Rabithah.
9) Berpuasa.
10) Diam dan terus Zikrullah.
11) Waspada terhadap godaan yang empat,syaitan,
materi, nafsu dan syahwat. Dan laporkan kepada guru apa yang terjadi sewaktu
khalwat.
12) Menjauhi sumber suara.
13) Salat fardu tetap berjama’ah demikian juga
jum’at tidak boleh ditinggalkan.
14) Jika harus keluar maka kepala ditutup dan
melihat ke tanah.
15) Jangan tidur, kecuali kalau sangat ngantuk
boleh tetapi punya wudu. Tidak tidur untuk rehat badan, bahkan kalau mampu
jangan sampai merebahkan badannya ke lantai tetapi tidurlah sambil duduk.
16) Tidak lapar tidak kenyang.
17) Jangan membuka pintu kepada orang yang
bermaksud meminta berkah kepadanya.
18) Semua keni’matan yang dialaminya harus
merasa hanyalah dari gurunya.
19) Menapikan getaran dan lintasan dalam hati,
apakah getaran baik atau jelek, karena boleh jadi mengganggu kekhusuan hati.
20) Terus berdzikir dengan cara yang telah
diperintahkan guru sampai guru memerintah berhenti dan keluar dari khalwat.
7. Tanbih
Secara vertikal TQN membimbing manusia menuju
kepada Tuhan dan secara horizontal memberikan rambu-rambu dan prinsip-prinsip
bagaimana seharusnya kita hiddup secara berjamaah dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Tanbih juga mengandung ajaran moral, menyangkut pelbagai
kehidupan pribadi, keluarga masyarakat dan negara secara luas.
Read more: http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/05/tqn-pondok-pesantren-suryalaya.html#ixzz2f9xa8Yca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar